Mengapai Kebahagiaan Sejati/Hakiki

Menggapai Kebahagiaan SejatiSetiap orang mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Segala macam cara ditempuh untuk dapat meraih kebahagiaan. Ada yang mengira bahwa harta adalah sumber kebahagiaan sehingga seluruh hidupnya dicurahkan untuk mengejar harta. Ada pula yang menyangka bahwa jabatan adalah kebahagiaan sehingga hidupnya dipertaruhkan demi mencapai jabatan tertentu. Ada lagi yang menganggap bahwa istri yang cantik atau suami yang gagah adalah sumber kebahagiaan sehingga ia berusaha memilih calon pasangan secantik atau segagah mungkin.

Namun bagi seorang mukmin, standar kebahagiaan bukanlah itu semua. Bagi seorang mukmin, standar kebahagiaan bukan terletak pada harta yang dimilikinya, atau jabatan yang dipikulnya, atau cantik dan gagahnya pasangan hidup. Semua itu hanyalah kenikmatan duniawi yang bersifat sementara dan tidak menjamin kebahagiaan. Jika tidak, mengapa masih banyak orang kaya yang tidak bahagia hidupnya, bahkan tak jarang yang semakin kaya malah semakin bertambah stress? Jika jabatan adalah kebahagiaan, mengapa banyak pejabat malah tidak bahagia, keluarganya amburadul dan anak-anaknya terlantar? Jika paras cantik dan tubuh gagah adalah kebahagiaan, mengapa banyak pasangan suami-istri “ideal” yang malah bercerai, bahkan didahului dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)?

Sebaliknya, banyak keluarga yang hidup secara pas-pasan, baik secara materi, ekonomi maupun kebutuhan duniawi lainnya, namun mereka merasakan kebahagiaan. Banyak keluarga yang hidup sederhana namun anak-anaknya berbakti, soleh dan berprestasi, istrinya setia, taat dan penyabar, serta suaminya baik dan bertanggungjawab. Semua itu membuktikan bahwa kebahagiaan sejati letaknya bukan pada materi. Kebahagiaan itu sebenarnya terletak di hati. Hati yang bersih dan tenang, selalu mengingat kenikmatan-kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepadanya. Kebahagiaan itu terletak pada rasa syukur, sabar, ridho dan qanaah. Syukur terhadap nikmat, sabar terhadap cobaan, ridho terhadap takdir dan qanaah terhadap pemberian Allah SWT.

Semua itu adalah kunci-kunci kebahagiaan di dunia. Dan bagi seorang mukmin, ada satu kebahagiaan lagi yang selalu dinanti-nantinya, yaitu kebahagian di akhirat yang kekal abadi selamanya. Kehidupan seorang mukmin selalu dicurahkan untuk mengejar kebahagiaan sejati itu dan tidak mengorbankannya demi kenikmatan sesaat.

Oleh karena itu, berbahagialah orang yang memiliki kesadaran terhadap hakikat kebahagiaan sehingga tidak tertipu dengan gemerlap dunia yang menggoda. Dunia memang dihias sedemikian rupa untuk menguji manusia siapakah di antara mereka yang paling baik amalannya.

 

Wallahu a’lamu bish showab.

Leave a comment